Minggu, 05 Juni 2011

رثاء المدينة القديمة ~ للشاعر الإندونيسي أحمد عطاء الله فطاني

أغادر كلماتي
صوب المدينة القديمة،
التي ضَيَّعَها الناسُ
وطواها الزمن من الذاكرة.

أبعث رسالتي
إلى مدينة الأدغال والغابات الكثيفة،
مدينةٍ لم تترك سوى أثرٍ يسيرٍ
تاريخها بلا ذاكرة .

"
يا مدينتي يتناسل أطفالك من جديد
من الصخور والبحور والجبال والنيران.
بُُعِثُوا مرة أخرى
مع صوت أجراس تقرع
وطبول تدق
وتمرد ضد قدسية الأشياء

"
كانوا يغنون عند قبرك
وينشدون
رثاءهم للمدينة القديمة الهادئة..".

جوكجاكرتا-إندونيسيا

09-08-2009


Diterjemahkan dari judul asli: "Elegi Kota Tua" dalam Antologi "Sajak-Sajak Kota Tua"
Terima kasih kepada Dr. Alauddin Ramadan (penyair Mesir) untuk terjemahan puisi ini ke dalam bahasa Arab.



 

ELEGI KOTA TUA ~ Achmad Atho'illah Fathoni


Ku titipkan kata-kata
untuk kota tua,
kota yang terlupa
tersingkir oleh sangkala.

Ku titipkan pesan
untuk kota seribu hutan,
kota yang hanya menyisakan guratan
sejarah tanpa ingatan.

"Anak-anakmu telah terlahir kembali
dari bebatuan, laut, gunung, dan api.
Anak-anakmu telah bangkit kembali
bersama bunyi lonceng, tambur, dan tabuhan suci."

"Di atas pusaramu mereka bernyanyi
menyenandungkan elegi
kota tua yang sunyi.."

Jogja, 9/08/09.

diambil dari antologi "Sajak-Sajak Kota Tua"
 

Rabu, 01 Juni 2011

PAGI ~ Bahaudin Ramadan

di bibir mimpi
aku bertawaran dengan perempuan pagi
dan
ku renggut kerikilnya
untuk mewangikan nyala api
        
luka-luka itu
membawa lari huruf-huruf dari nyanyian
dan jatuh
lah
             
dariku
                 
sajak-sajak
dalam getaran cinta
          
dan kebangkitan cahaya.

Bahaudin Ramadan adalah seorang penyair Mesir. Sahabatku yang satu ini aktif di Ittihad Kuttab Misr.

KELAHIRAN DI KOTA-KOTA TAK TERLAHIRKAN ~ Abdul Wahab Al-Bayyati

Aku terlahir di kota-kota tak terlahirkan
Tapi di malam musim gugur kota-kota Arab
Dalam kahancuran hati, aku mati
Ku kubur cintaku di Granada
Dan aku berkata,
"Tak ada yang menang kecuali cinta"
Aku membakar puisiku dan lalu mati.
Di trotoar pengasingan,
Aku bangkit setelah kematian
Untuk lahir kembali di kota-kota tak terlahirkan
Dan di sana aku terbujur mati.

diterjemahkan oleh Achmad Atho'illah dari versi Arabnya "alwiladah fi mudun lam tulad"

‘Abd al-Wahâb al-Bayyâtî lahir pada sebuah desa di Irak tahun 1926. Ia adalah salah seorang penyair yang turut serta meletakkan pondasi gerakan puisi modern sejak awal permulaan, yang sekarang ini disebut dengan istilah ‘modernisasi puisi’. Puisinya menjadi terkenal karena keindahan dan getaran maknanya yang ditulis secara bertahap dari perjalanan pengembaraannya di berbagai ibu kota. Juga dikarenakan oleh pergaulannya yang luas dengan banyak sastrawan dan penyair sekaliber internasional, seperti penyair Turki Nâzhim Hikmat dan Asbania Rafâîl al-Burtî. Karya puisinya juga terkenal karena adanya perpaduan antara warisan-warisan budaya dan simbol-simbol sufistik serta mitologi yang membentuk salah satu karakteristik penting dalam puisi dan  kemodernannya. (sumber: Achmad Atho'illah. F, Leksikon Sastrawan Arab Modern: Biografi dan Karyanya, Datamedia: Jogjakarta, 2007)